Rabu, 05 Desember 2012

Catatan Sabtu Kelabu Di Tribun Utara – Fitnah itu Lebih Kejam Dari Pembunuhan!


Sabtu kelabu, 1 Desember 2012. sebuah tanggal yang tentunya tidak akan pernah saya lupakan, tanggal dimana saya betul-betul merasakan bahwa memang benar perkataan guru ngaji saya dahulu, “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”.
Ada sebuah fitnah menyasar pada sore itu di tribun utara stadion siliwangi, Bandung pada laga Inter Island Cup antara Persib melawan Gresik United. Fitnah yang berujung kepada 5 orang luka parah: 2 orang luka berat di kepala, 1 orang patah lengan, 1 orang patah pergelangan tangan dan seorang lagi luka tusuk di paha. Beberapa teman lainnya luka ringan. 3 orang sempat hilang tidak diketahui nasibnya. Menurut kabar yang dihimpun, salah satu diantaranya hilang ketika terpisah dari rombongan  dan dihajar massa secara membabi buta, bahkan diteriaki “Paehan.. Paehan” (Matikan). Astagfirullah, mengerikan.
Di tribun utara sore itu, tempat saya biasa nonton, dari arah sebelah kiri ada beberapa orang yang berkata-kata ke arah rombongan bobotoh lainnya. ia berkata bahwa di rombongan ini ada yang menjelek-jelekan nama organisasinya dengan berkata “f*ck v****g”. Entah mereka mendapat kabar dari mana mengenai persoalan tersebut, namun yang pasti isu sudah kadung menyebar, liar. Saya yakin, tidak ada yang berani berkata demikian. Konyol dan bodoh sekali jika berkata seperti itu. Sungguh sebuah fitnah yang keji.
Sebetulnya pertandingan Persib sore itu berlangsung menarik dan aman-aman saja pada awalnya, hingga datang sebuah provokasi dari pria berbaju putih dengan rompi hitam pada saat jeda babak pertama.
Image

                      Provokator biang kerusuhan Sabtu Kelabu
Kronologis kericuhan saat itu bermula saat sang pria dengan rompi hitam  beradu mulut dengan seorang fotografer lapangan yang sebelumnya menyalami salah satu dari rombongan yang berada di depan. Entah apa yang ia permasalahkan, karena posisi saya agak jauh dari mereka. Posisi saya di tengah, sementara ia persis berada di depan pagar pembatas. Setelah beradu mulut, tidak tahu bagaimana ia melancarkan satu dua pukulan kepada orang  yang duduk di depan. Menyusul salah satu rekannya yang berbadan gendut yang melancarkan tendangan. Belakangan saya tahu yang kena tendangan itu adalah salah satu dari tiga perempuan yang duduk didepan, bersebelahan dengan orang yang dipukul pertama kali. Setelah kejadian itu sudah tidak jelas lagi karena situasi berlangsung chaos hingga mengharuskan beberapa aparat keamanan naik ke tribun.
Selang beberapa menit kemudian, situasi dapat dikendalikan. Semua melanjutkan menonton Persib yang saat itu menang sementara 1-0. Setelah kejadian tersebut, rombongan tempat saya nonton diapit oleh aparat keamanan. Di sebelah kiri oleh kepolisian dan disebelah kanan oleh beberapa anggota TNI. Meskipun sudah ada aparat keamanan, tetapi perasaan saya waktu itu masih cukup was-was, apalagi dengan adanya selentingan kabar “mereka” akan menyerang  setelah pertandingan usai.
Persib akhirnya menang 2-0 malam itu. Setelah pertandingan usai, aparat keamanan yang berada di samping kiri-kanan rombongan pun pergi. Sebagian besar rombongan menunggu sejenak setelah pertandingan usai. Menunggu hingga kondisi tribun utara benar-benar sepi dan aman. Namun apa yang saya khawatirkan akhirnya benar-benar terjadi. Ketika rombongan hendak keluar dari tribun utara melalui pintu sebelah barat, tiba-tiba batu sebesar kepalan tangan orang dewasa berterbangan seperti layaknya hujan. Sebagian besar tertahan di dekat tangga menuju pintu keluar, namun sebagian lagi sudah terjebak diluar dan menjadi bulan-bulanan mereka. Situasi benar-benar kacau saat itu.  Saya tertahan disekitar tangga, ikut menenangkan yang lainnya. Sementara itu sebuah batu bata terbang tepat didepan muka saya dan pecah mengenai tembok.  Batu-batu besar dan botol air mineral beterbangan menghujam kami saat itu. Beberapa mengenai teman-teman bobotoh lain yang ikut terjebak bersama rombongan. Kasihan mereka, tidak tahu apa-apa  tetapi menjadi korban kebrutalan oknum yang tidak bertanggung jawab.
Sebetulnya masih ada polisi yang sedang apel setelah pertandingan di lapangan Siliwangi. Namun mereka diam saja, baru setelah beberapa dari rombongan bobotoh ini terkena lemparan dan berteriak meminta bantuan, mereka datang mengamankan situasi.  Alih-alih mengamankan, bapak-bapak yang terhormat tersebut malah bertindak represif , seolah-olah aparat tersebut menganggap rombongan ini adalah perusuh sama seperti oknum-oknum diluar stadion yang  pertama kali melakukan pelemparan, beberapa dari aparat tersebut juga memukul dengan pentungan.
Emosi saya bercampur aduk. miris, sedih, dan marah hati ini melihat mereka yang menjadi korban dari oknum bobotoh yang tidak mempunyai hati, dengan tega mereka menyerang, melukai saudaranya sendiri. Padahal bendera kita masih sama, biru! Dan semuanya masih membela dan mendukung tim sepakbola yang sama, yaitu PERSIB!
Akhirnya saya dan teman-teman bisa keluar dari tribun utara, namun situasi diluar stadion masih panas dan sedikit kacau.  Saya sempat terpisah dari orang-orang yang saya kenal, namun berhasil tiba di area tempat kami biasa parkir dengan selamat.  Banyak diantara rombongan saat itu tercecer dibelakang. Saat saya kira situasi di sekitar stadion sudah benar-benar aman, namun seorang teman saya lari dengan tergopoh-gopoh kearah saya. Ia menyebutkan salah satu temannya ditusuk dibagian paha, ia pun terkena pukulan dibeberapa bagian wajahnya. Astagfirullah, saya kaget setengah mati.  Membawa pisau atau benda-benda tajam ke stadion, berati sudah jelas ada niatan dari mereka untuk membunuh atau minimal membuat celaka, membunuh saudaranya sendiri yang sama-sama mendukung PERSIB, for God’s sake!!!
Saya sontak berlari kembali kearah stadion, melihat apakah ada lagi yang menjadi korban. Ternyata cukup banyak, para korban sebagian ditampung di PMI dan sebagian besar korban adalah remaja. Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, saya mencatat jumlah korban luka parah keseluruhan ada lima orang, dan puluhan lainnya luka ringan. Tidak semua korban dirawat di PMI, sebagian  besar dirawat seadanya lalu langsung pulang atau pergi ketempat yang dirasa aman terlebih dahulu baru melanjutkan perjalanan.
Minggu pagi, Saya mendengar kabar bahwa sekre Gurame diserang pada Minggu dini hari lalu. Astagfirullah, Saya meyakini itu hanyalah sebuah bentuk provokasi / adu domba yang picik dari orang yang tidak bertanggung jawab. Sebuah fitnah lain yang keji. Saya yakin teman-teman bobotoh ini tidak ada yang berani berbuat seperti itu, lagi pula untuk apa? bunuh diri? Sebagian dari mereka bahkan belum selesai mencari teman-temannya  yang hilang, bahkan kabarnya sampai mencari ke gorong-gorong dan selokan di sekitar stadion Siliwangi!
Image
              Dua orang korban luka parah sewaktu dievakuasi ke PMI
Image
      Salah satu korban yang mengalami patah pergelangan tangan
Inikah yang namanya “kabeh dulur” itu? Semboyan hanya tinggal semboyan.  Penting untuk kita kaji bersama agar hal ini tidak terjadi kembali. Jangan mudah termakan provokasi, selalu cek dan ricek mengenai kebenaran suatu kabar dan jangan mau diadu domba, apalagi oleh sesama bobotoh!
“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Al Baqarah: 217)
*Oleh bobotoh yang merindukan juara dan merindukan rasa aman dan nyaman di Stadion #PERSIBTillWeDie

sumber : http://bobotohteras.wordpress.com/2012/12/05/sabtu-kelabu-di-tribun-utara-fitnah-itu-lebih-kejam-dari-pembunuhan/

1 komentar: